Wednesday 10 July 2019

Materialitas Audit (ATLAS/Audit Tool And Linked Archive System)

      Materialitas (materiality) adalah konsep auditing yang sangat penting, jika bukan yang terpenting.
Materialitas mengukur berapa besar dan pentingnya suatu salah saji (misstatements) dalam laporan
keuangan.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan.
Materialitas untuk tujuan agregasi dalam peraturan ini adalah sebagai berikut:
       A.    5% dari jumlah seluruh Aset untuk pos-pos Aset     .
       B.     5% dari jumlah seluruh Liabilitas untuk pos-pos Liabilitas.
       C.     5% dari jumlah seluruh Ekuitas untuk pos-pos Ekuitas.
       D.    10% dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif;atau
       E.     10% dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak, untuk pengaruh suatu peristiwa atau           transaksi.

Proses Penentuan Materialitas
Langkah-langkah proses penentuan Materialitas
  1. Auditor mempelajari informasi-informasi berkenaan dengan laporan keuangan yang akan diauditnya. Hal yang dilakukan Auditor mengidentifikasi risiko salah saji: pada akun mana atau tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana (laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan seterusnya).
  2. Auditor menggeser titik pandangnya kepada laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan atau Reasonable User menggunakan laporan keuangan untuk membuat bermacam-macam keputusan ekonomi seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut, seperti dalam saham PT (Perseroan) Terbuka, berbisnis dengan entitas (misalnya hubungan dengan pemasok), meminjamkan uang (dalam hal bank kepada debiturnya).

  1. Extent of Misstatements (quantitative and qualitative) atau luasnya salah saji (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) bermakna:
a)      Auditor menetapkan materialitas dalam rangka “menakar” salah saji, apakah salah saji immaterial dan bisa diabaikan, atau material dan harus menjadi perhatian auditor (istilahnya, auditor harus waspada atau menerapkan professional skepticism).
b)      Kata “menakar” pada huruf a berrti menerapkan angka materiality pada temuan. Sedangkan pada tahap perencanaan, angka materiality ini akan dijadikan patokan atau benchmark ketika menemukan salah saji.
c)      Baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, materiality berkaitan dengan salah saji. Juga dalam tahap menyusun opini audit, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor menginventarisasi materiality untuk masing-masing temuan, dan menggabungkannya.
d)     Materiality bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Extent of Misstatements digambarkan sebagai mistar. Dibawah ini terdapat arti dari Extent of Misstatement jika diilustrasikan dengan mistar yaitu:
ü  Bagian atas mistar-Ketika salah saji yang cukup signifikan untuk mengubah atau memengaruhi keputusan seseorang yang memiliki informasi (informed person), salah saji yang material telah terjadi. Salah saji ini akan mengubah putusan investor.
ü  Bagian bawah mistar menunjukan salah saji yang tidak material. Salah saji ini tidak mengubah keputusan investor.
ü  Bagian tengah mistar ada bidang kecil berwarna putih dengan keterangan materiality threshold atau “ambang batas materialitas”. Bidang putih ini bahwa materialitas secara kuantitatif ditunjukkan dalam kisaran angka.

   Materialitas dalam Proses Audit
Tahap
Auditor Melaksanakan
Risk Assessment
(Penilaian Resiko)

v  Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan).
v  Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan.
v  Mengidenfikasi dan menilai risiko salah saji yang material.
Risk Response
(Menanggapi Risiko)
v  Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent)prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures).
v  Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi (change in circumstances) selama audit berlangsung.
Reporting (Pelaporan)
v  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu.
v  Merumuskan pendapat auditor.

Materialitas pada Dua Tingkat
Konsep Materialitas pada dua tingkat yaitu:
  1. Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh.
  2. Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan (account balances, class of transactions, and disclosure level).
Pada tingkat pertama pelaksanaan auditnya, auditor harus turun ketingkat kedua untuk memastikan apakah saldo akun, transaksi, dan pengungkapan sudah disajikan sesuai asersi yang dibuat manajemen. Dalam melaksanakan auditnya, auditor menurunkan Overall Materiality dan Specific Materialty.



Overall Materiality
Overall Materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Jika sesudah melaksanakan prosedur audit:
1)      Tidak ada salah saji, auditor benar dalam memberikan pendapat WTP (wajar tanpa pengecualian).
2)      Beberapa salah saji yang jumlahnya immaterial, ditemukan auditor, dan auditor masih dapat memberikan WTP.
3)      Salah saji melebihi angka materialitas: manajemen tidak bersedia mengoreksinya. Auditor keliru jika memberikan WTP.
4)      Ada salah saji melampaui angka materialitas: auditor tidak menemukannya, dan akibatnya ia memberikan WTP. Dalam hal ini auditor keliru.
Overall Materiality yang rendah:
v  Memberikan ekspektasi bahwa salah saji yang kecil-kecil sekalipun, akan terdeteksi dalam audit ini
v  Membuat pekerjaan audit tambahan lebih banyak (padahal tidak perlu) untuk memastikan risiko audit turun.

Performance Materiality
Performance Materiality memungkinkan auditor menengani risiko salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance materiality memungkinkan auditor menerapkan angka materialitas berdasarkan overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan risiko yang diidentifikasi dan dinilai (identified and assessed risks) dan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji oleh auditor).
Angka yang lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (buffer) antara performance materiality  (yang digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan) dengan overall materiality (materialitas menyeluruh).
Menetapkan performance materiality memerlukan kearifan profesional (professional judgment), dan bukan sekedar hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-tabel. Kearifan profesional memperhitungkan :
1)      Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinay.
2)      Hasil pelaksanaan prosedur risk assessment.
3)      Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam audit terdahulu. Misalnya fraud (sifat salah saji) yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang lama (luasnya salah saji berkecamuk).
4)      Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Contoh, penggunaan untuk pertama kalinya suatu perangkat lunak, menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan.
Istilah performance materiality sama dengan tolerable misstatements yang biasanya digunakan dalam audit sampling.

Specific Materiality
Ada situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari overall materiality dapat memengaruhi pengguna laporan keuangan. Lihat contoh-contoh dibawah ini :
Sumber yang memengaruhi Keputusan
Contoh-contoh



Ketentuan perundang-undangan dan kerangka pelaporan keuangan
ü  Disclosures yang sensitif, seperti remunerasi manajemen dan TCWG.
ü  Related party transactions (transaksi istimewa.
ü  Ketidakpatuhan terhadap perjanjian pinjaman, perikatan lainnya, ketentuan perundang-undangan,dan kewajiban pelaporan statuter atau yang ditetapkan regulator.

ü  Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif.

Pengungkapan utama dalam industri yang bersangkutan
ü  Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dalam perusahaan tambang.
ü  Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam perusahaan farmasi.

Pengungkapan peristiwa penting, perubahan penting dalam operasi
ü  Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan usaha.
ü  Kegiatan usaha yang dihentikan.
ü  Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum).
ü  Perkenalan produk atau jasa baru.

Specific Performance Materiality
Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas diatas, kecuali dalam hal ini performance materiality-nya berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang spesifik.
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ketingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak terdeteksi melebihi specific materality.

1 comment:

  1. kami menyediakan jasa pembuatan HURUF TIMBUL untuk membuat nama atau brand:
    *Restoran
    *perusahaan
    *kantor
    *sekolah
    *salon
    *bank dan masih banyak lagi kegunaannya

    bahan yang kita gunakan yaitu:
    -Stenlis
    -Akrilik
    -Galnavil
    -Kuningan

    untuk harga nya mulai dari 20 - 40rb/ cm
    harga dapat menyesuaikan dari banyaknya huruf, disain huruf dan bahan yang akan di gunakan.

    selain itu kami juga menyediakan jasa pembuatan TOTEM DAN NEON BOX untuk PLN, SPBU, RUMAH SAKIT,BANK, STASIUN, DLL

    jasa layanan kami dapat di gunakan di seluruh daerah di Indonesia.

    untuk informasi lebih lanjut, anda dapat hubungi kami di :
    Tlp: 081996000567
    Wa : 081977000899
    office : Cv. Bahagia Sukses makmur
    Alamat : Taman Ubud Cendana 1 no.19 Lippo Village

    #HURUFTIMBULSTENLIS #HURUFTIMBULAKRILIK #HURUFTIMBULGALVANIL #HURUFTIMBULKUNINGAN #NEONBOX #TOTEMPLN #TOTEMSPBU https://id.pinterest.com/jasahuruftimbuli/

    https://jasahuruftimbulindonesia.wordpress.com/

    https://jasahuruftimbulindonesia.blogspot.com/

    https://twitter.com/jasahuruftimbu1

    https://www.instagram.com/jasahuruftimbulindonesia/

    https://huruftimbuljakarta14.blogspot.com/

    ReplyDelete