Friday 19 July 2019

Kisah Percakapan Antara Emas Dan Tanah



Renungan untuk kita semua

Emas berkata pada tanah, “Coba lihat dirimu, suram dan lemah, jelek dan dekil. Apakah engkau memiliki cahaya mengkilau seperti aku? Apakah engkau berharga seperti aku?” Tanah menjawab, “Aku memang tidak berkilau seperti kamu, tapi aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan lainnya, apakah kamu bisa?” Emas pun terdiam seribu bahasa.

Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas, berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi sesama. Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli.

Tapi ada juga yang seperti tanah. Posisi biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapanpun.

Makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita.

Jika keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar-benar bernilai.

Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain. Apalah arti kemakmuran bila tidak berbagi pada yang membutuhkan. Apalah arti kepintaran bila tidak memberi inspirasi di sekeliling kita.

Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima. Hiduplah seperti tanah.

Wednesday 10 July 2019

Materialitas Audit (ATLAS/Audit Tool And Linked Archive System)

      Materialitas (materiality) adalah konsep auditing yang sangat penting, jika bukan yang terpenting.
Materialitas mengukur berapa besar dan pentingnya suatu salah saji (misstatements) dalam laporan
keuangan.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan.
Materialitas untuk tujuan agregasi dalam peraturan ini adalah sebagai berikut:
       A.    5% dari jumlah seluruh Aset untuk pos-pos Aset     .
       B.     5% dari jumlah seluruh Liabilitas untuk pos-pos Liabilitas.
       C.     5% dari jumlah seluruh Ekuitas untuk pos-pos Ekuitas.
       D.    10% dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif;atau
       E.     10% dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak, untuk pengaruh suatu peristiwa atau           transaksi.

Proses Penentuan Materialitas
Langkah-langkah proses penentuan Materialitas
  1. Auditor mempelajari informasi-informasi berkenaan dengan laporan keuangan yang akan diauditnya. Hal yang dilakukan Auditor mengidentifikasi risiko salah saji: pada akun mana atau tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana (laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan seterusnya).
  2. Auditor menggeser titik pandangnya kepada laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan atau Reasonable User menggunakan laporan keuangan untuk membuat bermacam-macam keputusan ekonomi seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut, seperti dalam saham PT (Perseroan) Terbuka, berbisnis dengan entitas (misalnya hubungan dengan pemasok), meminjamkan uang (dalam hal bank kepada debiturnya).

  1. Extent of Misstatements (quantitative and qualitative) atau luasnya salah saji (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) bermakna:
a)      Auditor menetapkan materialitas dalam rangka “menakar” salah saji, apakah salah saji immaterial dan bisa diabaikan, atau material dan harus menjadi perhatian auditor (istilahnya, auditor harus waspada atau menerapkan professional skepticism).
b)      Kata “menakar” pada huruf a berrti menerapkan angka materiality pada temuan. Sedangkan pada tahap perencanaan, angka materiality ini akan dijadikan patokan atau benchmark ketika menemukan salah saji.
c)      Baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, materiality berkaitan dengan salah saji. Juga dalam tahap menyusun opini audit, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor menginventarisasi materiality untuk masing-masing temuan, dan menggabungkannya.
d)     Materiality bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Extent of Misstatements digambarkan sebagai mistar. Dibawah ini terdapat arti dari Extent of Misstatement jika diilustrasikan dengan mistar yaitu:
ü  Bagian atas mistar-Ketika salah saji yang cukup signifikan untuk mengubah atau memengaruhi keputusan seseorang yang memiliki informasi (informed person), salah saji yang material telah terjadi. Salah saji ini akan mengubah putusan investor.
ü  Bagian bawah mistar menunjukan salah saji yang tidak material. Salah saji ini tidak mengubah keputusan investor.
ü  Bagian tengah mistar ada bidang kecil berwarna putih dengan keterangan materiality threshold atau “ambang batas materialitas”. Bidang putih ini bahwa materialitas secara kuantitatif ditunjukkan dalam kisaran angka.

   Materialitas dalam Proses Audit
Tahap
Auditor Melaksanakan
Risk Assessment
(Penilaian Resiko)

v  Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan).
v  Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan.
v  Mengidenfikasi dan menilai risiko salah saji yang material.
Risk Response
(Menanggapi Risiko)
v  Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent)prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures).
v  Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi (change in circumstances) selama audit berlangsung.
Reporting (Pelaporan)
v  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu.
v  Merumuskan pendapat auditor.

Materialitas pada Dua Tingkat
Konsep Materialitas pada dua tingkat yaitu:
  1. Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh.
  2. Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan (account balances, class of transactions, and disclosure level).
Pada tingkat pertama pelaksanaan auditnya, auditor harus turun ketingkat kedua untuk memastikan apakah saldo akun, transaksi, dan pengungkapan sudah disajikan sesuai asersi yang dibuat manajemen. Dalam melaksanakan auditnya, auditor menurunkan Overall Materiality dan Specific Materialty.



Overall Materiality
Overall Materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Jika sesudah melaksanakan prosedur audit:
1)      Tidak ada salah saji, auditor benar dalam memberikan pendapat WTP (wajar tanpa pengecualian).
2)      Beberapa salah saji yang jumlahnya immaterial, ditemukan auditor, dan auditor masih dapat memberikan WTP.
3)      Salah saji melebihi angka materialitas: manajemen tidak bersedia mengoreksinya. Auditor keliru jika memberikan WTP.
4)      Ada salah saji melampaui angka materialitas: auditor tidak menemukannya, dan akibatnya ia memberikan WTP. Dalam hal ini auditor keliru.
Overall Materiality yang rendah:
v  Memberikan ekspektasi bahwa salah saji yang kecil-kecil sekalipun, akan terdeteksi dalam audit ini
v  Membuat pekerjaan audit tambahan lebih banyak (padahal tidak perlu) untuk memastikan risiko audit turun.

Performance Materiality
Performance Materiality memungkinkan auditor menengani risiko salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance materiality memungkinkan auditor menerapkan angka materialitas berdasarkan overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan risiko yang diidentifikasi dan dinilai (identified and assessed risks) dan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji oleh auditor).
Angka yang lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (buffer) antara performance materiality  (yang digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan) dengan overall materiality (materialitas menyeluruh).
Menetapkan performance materiality memerlukan kearifan profesional (professional judgment), dan bukan sekedar hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-tabel. Kearifan profesional memperhitungkan :
1)      Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinay.
2)      Hasil pelaksanaan prosedur risk assessment.
3)      Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam audit terdahulu. Misalnya fraud (sifat salah saji) yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang lama (luasnya salah saji berkecamuk).
4)      Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Contoh, penggunaan untuk pertama kalinya suatu perangkat lunak, menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan.
Istilah performance materiality sama dengan tolerable misstatements yang biasanya digunakan dalam audit sampling.

Specific Materiality
Ada situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari overall materiality dapat memengaruhi pengguna laporan keuangan. Lihat contoh-contoh dibawah ini :
Sumber yang memengaruhi Keputusan
Contoh-contoh



Ketentuan perundang-undangan dan kerangka pelaporan keuangan
ü  Disclosures yang sensitif, seperti remunerasi manajemen dan TCWG.
ü  Related party transactions (transaksi istimewa.
ü  Ketidakpatuhan terhadap perjanjian pinjaman, perikatan lainnya, ketentuan perundang-undangan,dan kewajiban pelaporan statuter atau yang ditetapkan regulator.

ü  Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif.

Pengungkapan utama dalam industri yang bersangkutan
ü  Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dalam perusahaan tambang.
ü  Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam perusahaan farmasi.

Pengungkapan peristiwa penting, perubahan penting dalam operasi
ü  Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan usaha.
ü  Kegiatan usaha yang dihentikan.
ü  Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum).
ü  Perkenalan produk atau jasa baru.

Specific Performance Materiality
Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas diatas, kecuali dalam hal ini performance materiality-nya berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang spesifik.
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ketingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak terdeteksi melebihi specific materality.

Asersi Laporan Keuangan (Audit)

Acuan utama bab ini adalah ISA 315.
Asersi- Representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat), yang terkandung dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan, yang mungkin terjadi. [ISA 315 alinea 4(a)]

      Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, manajemen membuat representasi baik secara tersurat maupun tersirat.
Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal, ialah: “laporan keuangan secara keseluruhan-atau secara menyeeluruh-disajikan secra wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku”.

      Asersi-asersi diatas berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure) dari berbagai unsur dalam laporan keuangan. Contoh-contoh asersi adalah berikut ini.
1.      Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist).
2.      Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.
3.      Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.
4.      Utang merupakan kewajiban entitas.
5.      Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.
6.      Semua jumlah (amounts) disajikan dengan tepat (properly presented) dan diungkapkan (dengan penjelasan yang memadai) dalam laporan keuangan. 

Penjelasan mengenai Asersi
      ISA 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk jenis-jenis transaksi (classes of transactions) dan peristiwa (events) untuk periode yang diaudit.

      Asersi untuk Jenis Transaksi
Asersi
Penjelasan
Occurrence
Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan.
Completeness
Semua transaksi dan peristiwa yang seharusya dicatat, memang sudah dicatat.
Accuracy
Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat.
Cut-off
Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
Classification
Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar.

Kelompok asersi untuk saldo akun (account balances) pada akhir periode yang diaudit.

Asersi untuk Saldo Akun
Asersi
Penjelasan
Existence
Aset,liabilitas, dan ekuitas benar ada.
Rights and Obligations
Entitas memiliki dan menguasai asset, dan utang merupakan kewajiban entitas.
Completeness
Semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah dicatat.

Valuation and Allocation
Aset, liabilitas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan keuangan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts) dan semua penyesuaian atau adjustment untuk penilaian (valuation) dan alokasi (allocation) telah dicatat dengan benar.

Kelompok asersi yang berhubungan dengan penyajian (presentations) dan pengungkapan (disclosures) dalam laporan keuangan.
      Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan
Asersi
Penjelasan
Occurrence, Rights, and Obligations
Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan.
Completeness
Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan, memang sudah dicantumkan dalam laporan keuangan.
Classification and Understandability
Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan pengungkapan dinyatakan dengan jelas.
Accuracy and Valuation
Informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan dengan wajar (fairly disclosed) dan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts).

      Penerapan asersi pada seluruh area laporan keuangan.
Asersi- Jenis Transaksi, Saldo Akun, Penyajian dan Pengungkapan


Asersi

Classes Of Transactions (Jenis Transaksi)

Account Balances (Saldo Akun)

Presentations and Disclosures (Penyajian dan Pengungkapan)
Existence/Occurrence
Completeness
Rights and Obligations

Accuracy/Classification

Cutoff


Classfication and Understandability

Valuation/Allocation


Asersi Gabungan
      ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi seperti dijelaskan di atas, atau dengan cara yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas di atas telah tercakup. Untuk memudahkan penggunaan asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi ini dapat digabungkan. Dalam kotak ini asersi gabungan disingkat sebagai berikut: C – Completeness; E – Existence; A – Accuracy and Cutoff; dan V – Valuation. Penggabungan asersi dalam empat kombinasi, memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan penyajian serta pengungkapan).

      Penggabungan Asersi
Asersi Gabungan
Jenis Transaksi
Saldo Akun
Penyajian dan Pengungkapan
C-Completeness

Completeness

Completeness

Completeness
E – Existence
Occurrence
Existence
Occurrence
A – Accuracy and Cutoff
Accuracy
Cutoff
Classification
Rights and Obligations
Accuracy
Rights and Obligations
Classification
Understandability
V – Valuation

Valuation and Allocation
Valuation

     









     Penjelasan Asersi Gabungan
Asersi Gabungan
Penjelasan

C – Completeness
Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah dicakup.
Tidak ada aset, utang, dan liabilitas, transaksi yang belum dicatat atau diungkapkan, tidak ada catatan dalam laporan keuangan, yang hilang/dihilangkan atau tidak lengkap.


E – Existence
Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, memang ada pada tanggal yang bersangkutan, dan memang harus dicakup.
Aset, utang, dan liabilitas, transaksi, dan hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan, memang ada, terjadi, dan terkait dengan entitas.


A – Accuracy and Cutoff
Semua liabilitas, pendapatan, beban, dan hak atas aset (yang dikuasai atau di bawah pengendalian) merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar. Juga telah dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan.


V – Valuation
Aset, liabilitas, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai (at the appropriate value) dalam laporan keuangan.
Penyesuaian (adjustments) untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat sebagaimana mestinya.


Asersi dalam Auditing
Berikut ini kutipan ISA 315 alinea 25
Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji pada:
a)      Tingkat laporan keuangan; dan
b)      Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Seperti disebutkan di atas, laporan keuangan mengandung berbagai asersi. Asersi ini dapat digunakan auditor dalam menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi.

      Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan
      Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasif (tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh, jika akuntan senior tidak cukup kompeten, sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini sering kali tidak terbatas pada satu saldo akun, atas satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya (completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.

      Penilaian Risiko di Tingkat Asersi
      Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tertentu (misalnya akhir tahun), atau untuk transaksi tertentu untuk suatu periode tertentu (misalnya dalam tahun buku bersangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
      Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau penyajian dan pengungkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji yang material. Contoh, ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan sebagai rendah. Namun, untuk persediaan di mana keusangan (obsolescence) merupakan faktor penting, auditor menilai valuation risk tinggi. Contoh lain, karena kemungkinan hilangnya persediaan relatif kecil, auditor menilai risiko salah saji yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Tetapi kelemahan dalam menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena tidak lengkapnya saldo akun penjualan, sebagai tinggi.